Toba Samosir: Bentang Alam Masih Ciptaan Tuhan
| Pualu Samosir dari Kejauhan |
Semilir angin menerpa sekujur tubuhku. Sejuk, angin di sini masih sejuk. Sejenak ku lempar pandanganku ke bawah. Heeem, air biru kehijauan, bersih tanpa sampah. Deru kapal Ferry mengiring perjalananku menuju TukTuk.
Ah, pulau samosir sudah mulai tampak. Perjalanan menjelang sore ini membuat pemandangan hijau pulau samosir tak seluruhnya terlihat. Kabut mulai turun menutupinya, membuat suasana makin damai. Air bersih biru kehijauan, kabut yang menyelubungi pulau, dan deru kapal ferry; inilah warna baru sore ku.
Lamunanku hilang. Anak buah kapal menghampiriku. Ia meminta ongkos kapal yang besarannya 15000 per orang. Setelah uang diterimanya, dia menanyakan kemana tujuan kami. Kami hanya menjawab, "Kami mau turun di TukTuk". Kemudian ia menanggapi dengan agak bingung, "Ya. Tapi Tuk Tuknya dimana?". Kami jawab seadanya, "Kalau yang lain biasa turun di TukTuk di sebelah mana?". Kemudian dia menjelaskan bahwa, kapal yang menuju Tuk Tuk ini akan mengantarkan para wisatawan langsung ke tujuannya (baca: penginapan). Beruntunglah karena kami telah memesan penginapan beberapa hari sebelum kedatangan kami di Samosir. Jadi kami tidak perlu keliling TukTuk untuk berburu penginapan. Akhirnya kami bilang ke anak buah kapal tersebut bahwa kami akan turun di Samosir Villas.
| Aku duduk di sana, di Gazebo Samosir Villas lantai dua, di atas sofa, menanti Senja milik danau Toba |
Setelah sedikit berkeliling ke beberapa penginapan di beberapa dermaga-hotel di Tuk Tuk, akhirnya kapal merapat ke dermaga milik Samosir Villas. Tepat di depan hotel kami turun dari Kapal. Kami langsung mencari resepsionis yang letaknya cukup jauh dari dermaga. Proses check-in tidak memakan waktu lama, karena memang kami telah memesan tempat sebelumnya. Kami diantarkan ke kamar bertipe Deluxe. Walaupun diberi nama Deluxe, tipe kamar ini adalah tipe kamar termurah di hotel ini dengan rate 500.000 per malam.
Tidak ingin membuang waktu di kamar, saya berkeliling di sekitar hotel. Yang saya dapati, Samosir Villas punya banyak sekali gazebo atau bale-bale, tempat di mana kita bisa duduk, bermain musik atau menulis, sambil menikmati indahnya suasana dan lanskap Danau Toba. Hotel ini juga memiliki 2 kolam renang. Hotel ini jiga menyadiakan fasilitas berjemur. Tepat di pinggir danau toba, terdapat payung-payung lengkap dengan dipan, di mana kita bisa menikmati sinar matahari di temani deburan ombak Toba. Di sebelah Samosir Villas adalah Carolina Hotel yang cukup terkenal itu.
| Yuk berjemur di pinggir kolam renang raksasa |
Setelah puas berkeliling plus makan malam, kantuk mulai menyerang. Perjalanan Jakarta-Medan-Parapat-Tuk Tuk pagi hingga sore tadi plus sejuknya hembusan udara Samosir membuatku sedikit ingin membaringkan punggungku. Riuh tetangga kamar dan suara tv di kamarku belum cukup untuk membuatku membatalkan ide untuk beristirahat. Tak beberapa lama aku memejamkan mata, aku dibangunkan oleh suara hempasan air yang menabrak dinding luar hotel. Oh rupanya ombak di luar sana cukup besar. Jam dinding pun menunjukan pukul 04.52 WIB. Sudah hampir matahari terbit. Mataku, walau masih terkantuk, ingin menyaksikannya. Jadi, inilah waktunya.
| Terbitlah Sang Surya di Timur Samosir |
Waktunya sarapan! Samosir Villas, seperti hotel-hotel bintang lainnya memberikan fasilitas free Breakfast bagi pengunjungnya. Pilihan makannya cukup lengkap. Ada nasi goreng, roti gandum atau roti tawar serta berbagai pilihan topping dan isi, dan Mie Goreng. Mau coba semua, boleehh! Asal dihabiskan.
Hari ini kami berencana untuk berkeliling Samosir. Kami sudah memesan sewa satu unit sepeda motor (skuter matik atau warga lokal biasa menyebutnya 'kereta') pada resepsionis. Harganya terbilang cukup mahal, Rp120.000 untuk sewa motor selama 10 Jam. Beruntunglah motor yang kami sewa sudah terisi bensin penuh. Kami mendapat sewa satu unit vario tanpa helm tanpa spion. Setelah kami bertanya apakah aman, Bapak Resepsionis berkata aman, tidak ada polisi; kalau ada polisi bilang saja sewa pada kami. Okelah Pak, kami berangkat.
| Private Beach Carolina Hotel Samosir |
Setelah 'pindahan', kami melanjutkan rencana untuk keliling Samosir. Berbekal peta pemberian hotel, kami berangkat! Tujuan pertama adalah mencari ATM. Di pulau ini hanya ada 3 mesin ATM, di Tomok, Ambarita, dan Pangururan. Bersiap-siaplah dengan uang tunai jika Anda ke Samosir, dan berhati-hatilah membelanjakannya. Jangan sampai kehabisan uang tunai -seperti yang kami alami- karena mesin ATM yang langka dan jauh.
Kami pergi ke Tomok. Selain mencari mesin ATM, kami juga hendak sowan ke Makam Batu Raja Sidabutar. Agak sulit mencari dimana lokasi wisata Makam Sidabutar karena tanda penunjuk yang minim. Setelah bolak-balik, akhirnya kami menemukan pintu masuk ke area Makam Sidabutar. Pintu masuknya yang berupa jalan kecil (gang) berada di antara banyaknya pedagang souvenir/oleh-oleh khas Samosir. Tidak ada tanda di mana kendaraan bisa diparkir. Akhirnya kami bawa masuk saja kendaraan motor kami melewati gang yang cukup penuh oleh pedagang dan wisatawan. Kami tertarik oleh satu tanda penunjuk "Pertunjukan Sigalegale". Kami bertanya dan kami dipersilakan masuk ke arena Sigalegale oleh seseorang pemandu. Setelah memarkirkan motor, pemandu tersebut menawarkan pertunjukan Sigalegale dengan tarif Rp100.000 plus Rp50.000 untuk jasa pemandu. Selagi sampai di sini, okelah.
Pertujukan pun dimulai. Area yang terdiri dari dua rumah khas Batak dan satu patung Sigalegale ini ditutup dengan tirai. Musik tradisional mulai disuarakan dengan pengeras suara. Bapak pemandu mengajak kami memakai Ulos kemudian mulai menari bersama Sigalegale. Ya! Sigalegalenya ikut menari mengikuti irama. Bapak pemandu itupun mulai mengajarkan kami gerakan demi gerakan tarian khas Batak. Walaupun aku ini bermarga Batak, tapi baru sekali ini kau menarikan tarian khasnya. Di akhir tarian, bapak pemadu itu berkata bahwa tadi dinamakan Manortor atau kegiatan menarikan tarian Tor-Tor.
Tarian selesai. Bapak pemadu itu pun langsung mengajak kami ke area Museum Makam Batu Raja Sidabutar. Tanpa tiket masuk, kita hanya diminta untuk membayar seiikhlasnya untuk perawatan area museum. Sebelum masuk ke area Makam Batu Raja Sidabutar, kami diharuskan untuk memakai Ulos terlebih dahulu. Setelah sampai di area, kami duduk, bapak pemandu mulai menjelaskan sejarah Makam Batu Raja Sidabutar tersebut. Selain itu, bapak pemandu juga menjelaskan makna filosofis dari ornamen-ornamen di sekitar Makam Batu. Mulai dari ornamen ukiran cicak, ornamen dinding yang mirip payudara, dan arti warna hitam, merah dan putih.
Wisata berlanjut ke area selanjutnya, yaitu Museum Pusaka Raja. Museum yang berbentuk rumah khas Batak ini berisi peralatan-peralatan kerajaan masa lalu: senjata, peralatan masak, perhiasan tubuh, dan pakaian. Satu yang menarik dari sini adalah Tongkat Raja. Tongkat yang dipercaya sakti, berasal dari tumpukan tubuh manusia yang di sihir menjadi tongkat.
Secara keseluruhan, berdasarkan petualangan kami di Tomok, terdapat empat hal menarik yang bisa kita jumpai. Pertama, menari bersama Sigalegale. Sigalegale merupakan perwujudan anak raja dalam bentuk patung kayu. Sejarah mistis tidak dapat dipisahkan dari sosok Sigalegale. Namun, terdapat banyak replika Sigalegale di Tomok dan kita bisa menari bersamanya. Seperti berada di pesta dan menari bersama anak raja. Kedua, Makam Batu Raja Sidabutar. Makam yang dipercaya berasal dari zaman megalitikum ini, memiliki cerita tersendiri. Tiga generasi Raja yang makamnya bersebelahan dapat menceritakan tentang semangat zaman pada saat itu. Ketiga, Museum Alat Pusaka Raja. Kita bisa mengenal berbagai alat budaya di sini. Mulai dari alat musik, perlengkapan dapur, hingga senjata. Keempat, Wisata Belanja Samosir. Mencari pusat oleh-oleh di Samosir yang mirip Malioboro di Jogja? Ya di Tomok! Di Tomok, banyak penjual ikat kepala/mahkota, kaos, ulos, gantungan kunci, serta pernak pernik lainnya.
![]() |
| Manortor sama Sigalegale |
Tarian selesai. Bapak pemadu itu pun langsung mengajak kami ke area Museum Makam Batu Raja Sidabutar. Tanpa tiket masuk, kita hanya diminta untuk membayar seiikhlasnya untuk perawatan area museum. Sebelum masuk ke area Makam Batu Raja Sidabutar, kami diharuskan untuk memakai Ulos terlebih dahulu. Setelah sampai di area, kami duduk, bapak pemandu mulai menjelaskan sejarah Makam Batu Raja Sidabutar tersebut. Selain itu, bapak pemandu juga menjelaskan makna filosofis dari ornamen-ornamen di sekitar Makam Batu. Mulai dari ornamen ukiran cicak, ornamen dinding yang mirip payudara, dan arti warna hitam, merah dan putih.
Wisata berlanjut ke area selanjutnya, yaitu Museum Pusaka Raja. Museum yang berbentuk rumah khas Batak ini berisi peralatan-peralatan kerajaan masa lalu: senjata, peralatan masak, perhiasan tubuh, dan pakaian. Satu yang menarik dari sini adalah Tongkat Raja. Tongkat yang dipercaya sakti, berasal dari tumpukan tubuh manusia yang di sihir menjadi tongkat.
Secara keseluruhan, berdasarkan petualangan kami di Tomok, terdapat empat hal menarik yang bisa kita jumpai. Pertama, menari bersama Sigalegale. Sigalegale merupakan perwujudan anak raja dalam bentuk patung kayu. Sejarah mistis tidak dapat dipisahkan dari sosok Sigalegale. Namun, terdapat banyak replika Sigalegale di Tomok dan kita bisa menari bersamanya. Seperti berada di pesta dan menari bersama anak raja. Kedua, Makam Batu Raja Sidabutar. Makam yang dipercaya berasal dari zaman megalitikum ini, memiliki cerita tersendiri. Tiga generasi Raja yang makamnya bersebelahan dapat menceritakan tentang semangat zaman pada saat itu. Ketiga, Museum Alat Pusaka Raja. Kita bisa mengenal berbagai alat budaya di sini. Mulai dari alat musik, perlengkapan dapur, hingga senjata. Keempat, Wisata Belanja Samosir. Mencari pusat oleh-oleh di Samosir yang mirip Malioboro di Jogja? Ya di Tomok! Di Tomok, banyak penjual ikat kepala/mahkota, kaos, ulos, gantungan kunci, serta pernak pernik lainnya.
-Bersambung-
Terima kasih
Yeremia Tera
yeremiaterra@gmail.com



Comments
Post a Comment