Pengalaman Mencoba Harapan Jaya

Sumber: flickr.com

Po Bus Harapan Jaya terkenal sebagai bus yang nyaman dan aman di jalurnya, Jabodetabek hingga Blitar. Dari semua vlogger dan blogger yang saya tonton dan baca, tidak ada yang bernada negatif dalam mengulas perjalanan menggunakan bus ini. Terlebih, katanya, manajemen bus ini rajin meremajakan unitnya, yang paling baru dan sedang ramai diperbincangkan adalah unit double decker (bus tingkat) bersasis Scania dan sleeper seatnya.

Akhir bulan Maret tahun 2019, saya harus pergi ke kota Kediri untuk menghadiri pernikahan sahabat. Agar nyaman dan terjangkau, saya memilih bus sebagai moda transportasi menuju Kediri. Setelah melihat berbagai OTA, blog, dan vlog, saya memilih armada kuda Tulungagung, Harapan Jaya. H minus dua minggu, saya menyempatkan diri ke agen Harapan Jaya Simpang Depok. Saya memesan dua kursi eksekutif tujuan kediri, nomor kursi 3c dan 3d. Pertimbangannya adalah agar tidak pas di atas ban. Karena menurut orang terdekat saya, jika duduk di atas ban, guncangan akan lebih terasa dan berakibat pada mabuk perjalanan.

Hari keberangkatan tiba. Saya dihubungi oleh agen bus, bahwa per 16 Maret 2019, dilarang naik bus di agen bayangan Simpang Depok dan Pal. Penumpang dialihkan ke Terminal Jatijajar, Depok. Kami datang 30 menit sebelum jadwal keberangkatan bus pukul 12.30. Setelah itu, kami menuju ibu Warsini, penjaga loket khusus Harapan Jaya di Terminal Jatijajar. Kami menebus tiket seharga Rp260.000,- dari Depok menuju Kediri dengan 2x servis makan. Bus yang kami dapat adalah Harapan Jaya nomor 15.

Dua jam berselang, tepatnya pukul 14.15, bus nomor 15 datang di Terminal Jatijajar. Kami, para penumpang langsung naik ke bus. Saat itu saya lihat, bus ini menggunakan sasis Mercedes Benz OH 1836 O500R dengan suspensi udara dan dibalut oleh body Jetbus HD. Kesan saya ketika pertama kali naik bus ini adalah biasa saja. Seperti bus malam pada umumnya, dasbor supir dipenuhi dengan bungkus rokok dan botol air minum. Kursi penumpang berjumlah 30 dan memiliki fasilitas reclining dan sandaran kaki. Begitu duduk, kursi rasanya "meluk" namun kurang empuk. jarak antar kursi cukup, tapi tidak bisa selonjor maksimal untuk penumpang setinggi lebih dari 170 cm, terutama saat sandaran kaki dinaikan, dan kursi depan direbahkan.

Bus jalan 10 menit kemudian. Sebagai penumpang, saya merasakan bahwa tarikan bus ini enak dan kencang. kabinnya kedap, suara mesin yang masuk sangat minim terdengar. suspensi udaranya pun bekerja secara maksimal dan mampu meredam lubang di jalan raya dengan baik. satu kata, yaitu nyaman!

Sepanjang perjalanan, kru bus memainkan musik. Lagu dangdut sudah jadi playlist wajib, dengan penyanyi Nella Kharisma yang memang berasal dari kota Kediri. Selain dangdut, bus Harapan Jaya nomor 15 ini juga memainkan lagu-lagu Bossanova Jawa dan tembang kenangan. Membuat perjalanan menjadi "adem".

Suhu ruangan yang cukup dan suspensi yang empuk, membuat saya mulai mengantuk. Tidak terasa sudah 3 jam perjalanan. Saya sampai di rest area 102 untuk service makan. Menu kali itu adalah nasi, bihun, ayam semur, dan sayur santan nangka-kacang panjang. Okelah, sikat!

Kami beranjak dari rumah makan pukul 18.40 sore. Perjalanan dilanjutkan dengan kecepatan sedang. Beberapa kali bus menyalip bus lain dan menghantam lubang di sepanjang tol Transjawa. Sampai bus kami menghantam lubang yang mungkin cukup besar dan membuat suspensi udara depan bus kami pecah. Kru berhenti sejenak di tepi tol untuk memompanya. Setelah berhasil, bus kembali jalan. Namun berselah 30 menit, bus kembali berhenti. Kali ini kru memutuskan bahwa semua penumpang harus pindah bus.

Di sini saya kecewa karena harus oper bus. Ditambah lagi, bus pengganti yang kami naiki berkelas Patas. Saya makin kecewa. Saya sempat berbincang dengan kru bus, bahwa kami akan dapat pengganti dana, tapi tetap saja kecewa.

Bus yang saya naiki waktu itu adalah Harapan Jaya nomor 14, dengan sasis Hino RN 285 dan dibalut body karoseri Adiputro.

Sumber: flickr.com



Combo! Saya duduk di belakang dan tepat di atas ban. Kursi ketiga dari belakang. Mantap! saya berpikir, ini pasti akan jadi perjalanan yang tidak menyenangkan.


Tapi ternyataaaaaaa....

Ya memang jauh tidak nyaman dibandingkan kursi saya di bus eksekutif sebelumnya. Namun, lebih nyaman daripada yang saya ekspektasikan. Bantingan suspensi nyaman. Beberapa kali bus menghantam lubang, namun tetap empuk. Ketika bus bermanufer belok kanan dan kiri, bagian belakang bus juga tetap oke, tidak terlalu limbung. Suara mesin memang lebih terdengar di belakang, tapi sama sekali tidak mengganggu. Lebih senyap daripada naik mobil Xenia. Okelah.

Namun, kekurangannya adalah kondisi kulit kursi yang mulai terkelupas, kursi yang licin, dan AC yang bocor. Semoga bisa lebih diperhatikan oleh manajemen bus Harapan Jaya.

Sepanjang malam bus berjalan full speed. Kalau ada yang bilang, Harapan Jaya adalah bus santai, saya rasa tidak sepenuhnya tepat. Karena beberapa kali bus juga terlihat kejar-kejaran dengan bus lainnya.

Akhirnya, saya sampai Terminal Tamanan Kediri pukul 7.30 pagi. Saya tidak mendapat penggantian dana dari driver. Dua hari berselang, saya coba email ke kontak center Harapan Jaya, katanya penggantian dana bisa diurus di agen Harapan Jaya Kediri. Sayang sekali, saat mereka membalas, saya sudah sampai di Jakarta.

Ya, saya iklaskan saja. Malah, sampai saat ini saya tetap penasaran untuk mencoba naik bus eksekutif Harapan Jaya full. Pertanyaannya, senyaman apakah armada eksekutif kuda Tulungagung ini? Semoga suatu saat saya bisa menjajalnya lagi, tanpa oper-operan.


Terima Kasih.
Semoga bermanfaat.










Comments

Popular Posts