Garut: Wisata Budaya Candi Cangkuang


Pemandangan pejalanan menuju Candi
Sebelumnya adakah yang pernah mendengar keberadaan candi di Jawa Barat? Ya, kebanyakan peninggalan sejarah berupa candi memang banyak di temukan di Jawa bagian Tengah dan Timur, karena di wilayah itu pada dulunya terdapat kerajaan Majapahit dan Singasari yang tersohor kejayaannya. Dan sampai pada tahun 2008 belum ditemukan peninggalan candi di wilayah Jawa bagian Barat. Hingga pada awal tahun 2009 ditemukan candi di daerah Karawang, dan satu lagi di Garut, tepatnya di daerah Cangkuang yang akan gue ceritakan ini.

Untuk mencapai daerah Cangkuang,
Pemandangan Danau Cangkuang dari atas perahu
Garut, Jawa Barat, dari Jakarta kita bisa naik bus jurusan Garut. Pada waktu itu gue naik Primajasa dari Lebak Bulus/Pasar Rebo jurusan Garut. Dengan tarif 48rb sekali jalan dan dengan lama perjalanan kurang lebih 3 jam, sampailah kita di kota Garut, tepatnya di Alun-alun kecamatan Leles. Dari Alun-alun menuju Cangkuang ada 2 pilihan perjalanan, menggunakan delman dengan tarif 5rb atau dengan ojek dengan tarif 8rb. Sampai di pintu masuk Cangkuang, kita akan menemui sebuah danau yang harus kita sebrangi untuk mencapai daerah Candi Cangkuang atau Desa Pulo. Tarif menyebrang hanya 5rb rupiah. Hehe
Sampai di dermaga seberang, kita masih harus menanjak sejauh kurang lebih 250 meter menuju puncak bukit Cangkuang. Tapi jangan khawatir, sepanjang perjalanan kita akan ditemani oleh rimbunnya pohon dan sepoinya angin.

Sebelum kita mencapai Candi Cangkuang, kita akan menemui perkampungan kecil yang hanya terdiri dari 8 bangunan, 7 rumah warga dan 1 masjid. Perkampungan ini adalah Kampung Pulo, di mana merupakan perkampungan yang hanya boleh dihuni oleh keturunan dari Kyai Arif Muhammad, Sang Empunya Cangkuang.
Sampai di Kompleks Candi Cangkuang, kita akan melihat sebuah bangunan Candi dengan sebuah makam di sisinya dan sebuah rumah di dekatnya. Makam tersebut adalah Makam Kyai Arif Muhammad, sedangkan rumah tersebut adalah rumah yang menyimpan koleksi naskah-naskah peninggalan setempat dengan beraksarakan Pegon.

Candi Cangkuang (photo by Terra)
Candi Cangkuang merupakan salah satu bukti peninggalan kebudayaan Hindu/Buddha di Jawa Barat yang di perkirakan ada pada masa kerajaan Pajajaran. Hal ini dilihat pada kesamaan ciri pada candi Hindu/Buddha di tempat lain, yaitu terletak di atas sebuah bukit dan dekat dengan mata air. Sedangkan makam di sampingnya adalah makam keramat seorang ulama, Kyai Arif Muhammad, yang pada jaman dulu rajin mensyiarkan ajaran Agama Islam. Naskah-naskah yang ditemukan juga mencerminkan tradisi tulis-menulis di Garut telah berlangsung sejak jaman lama, kurang lebih pada abad 17 dan 18 Masehi.
Di dekat komplek Candi Cangkuang juga terdapat industri atau lebih tepat tempat pembuatan Rontal. Rontal adalah kertas yang dihasilkan dari serat pohon Lontar yang banyak di temukan di daerah Garut. Kertas Rontal berbeda dengan kertas biasa, karena sifatnya yang awet, tidak mudah sobek, dan tentunya pembuatannya yang tradisional. Kertas Rontal banyak dipakai orang jaman dulu untuk alas tulis naskah. Bisa dibilang industri Rontal di Garut adalah sebuah hasil local wisdom atau kearifan lokal masyarakat Garut. Harga segulung kertas Rontal saat ini adalah 7rb sampai 10rb, tergantung ukuran.
Wah, banyak juga yang bisa kita pelajari dari hanya satu komplek Candi Cangkuang di Garut. Mulai dari kajian Budaya, Etnografi, dan Sejarah. :)
Tidaklah salah jika Candi Cangkuang di Garut menjadi salah satu pertimbangan wisata pendidikan Anda.


Regards.
Terra
@terragila


Makam Kyai Arif Muhammad

Comments

  1. salam kenal. waaahh jalan2nya asyiiikkk..jadi inget saat saya ke sana...naik delman seruuuu.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts