Tempat Pulang untuk Waktu Teduh: Desa Boro, Sendang Sono, dan Puncak Suralaya


Bro bro bro, kali ini gue bakal share jalan-jalan gue ke tempat di mana lo gak akan nemu mall, tapi lo bisa nemu lebih dari isi mall di sini. Hahaha :D

Desa Boro

Salah satu Jalan di Desa Boro
Yoi, yang pertama adalah Desa Boro. Desa yang terletak lebih dari 30 km dari kota Yogyakarta ini merupakan salah satu desa terluar Provinsi D.I. Yogyakarta. Sebelah utara berbatasan dengan Muntilan, dan sebelah barat dengan Purworejo. Untuk sampai ke desa ini, kita bisa naik bis dari terminal Muntilan atau dari Terminal Condong catur Yogyakarta. Selama perjalan menuju Boro kita bakal disuguhkan dengan pemandangan sawah di mana-mana, dan ketika menginjakan kaki di Desa Boro, kita bakal disuguhkan oleh pemandangan bukit-sawah-bukit-bukit-sawah. Maklum, desa ini terletak di sebuah lembah di Perbukitan Menoreh. Makanya, pemandangan di sini kalo gak sawah ya bukit. Hehehehe

Menuju Gunung

Di sini cocok buat lo yang jenuh dengan hingar-bingar kota dan buat lo yang merindukan ketradisionalan. Pasar di desa ini cuma buka 4 hari sekali, yaitu pada pasaran pon pada penanggalan Jawa. Ketika hari pasaran, orang-orang dari atas-atas bukit pada turun bawa hasil buminya atau ternaknya buat di jual. Dan yang paling khas dari pasar ini adalah dawetnya. Dawet non es atau malah cenderunh hangat ini beda dari dawet-dawet yang ada di mana-mana. Lo cuma bakal nemuin dawet warna merah muda dengam santan hangat ya di pasar pon desa Boro. Lo harus banget nyobain! Hahaha :D

Tukang Dawet Merah Jambu

Deretan Cengkrama Burung
Buat bro bro yang minat buat merasakan tinggal di tengah keheningan desa Boro, bro bro bisa nginep di rumah-rumah warga. Live-in live-in gitu deh. Hahaha Soalnya di sini belom ada penginapan. Rumah-rumah di desa ini aja masih jauh-jauhan. Tenang aja warga di sini terbuka.kok, baik dan juga ramah. Hahaha
Pas sore menjelang malem hari, bro bro bakal dinyanyiin sama kodok-kodok sawah yang duet sama jangkrik-jangkrik kebon. Belom lagi kalo bro bro lagi beruntung, bro bro bakal di terangin sama kunang-kunang. :D tengah malem dikit liat ke langit bakal ada bintang-bintang yang banyaaaaak bangeet! Serasa deket gitu sama bintang-bintang.
Wahh, suara jangkrik, kodok, kunang-kunang, bintang. Gak bakal ada nih yang kayak gini di kota. Trus paginya bro-bro bisa liat para warga desa yang turun gunung buat jualan atau cari rumput, atau ngangon bebek, atau mau pergi sekolah atau ke sawah. Trus bro bro juga bisa liat puncak bukit yang ketutup kabut tebel mirip salju gitu. Hehehehe
Salah satu lagi yang khas dari desa ini adalah kain tenunnya yang terkenal kuat.
Oh ya, dari Desa Boro kita bisa loh jalan kaki ke Puncak Suralaya, Sendang Sono, bahkan Borobudur. :D

Sendang Sono

Sendang sono itu sebenernya adalah nama sebuah wilayah yang juga terletak di daerah perbukitan Menoreh, tapi bedanya, Sendang Sono udah masuk ke daerah Muntilan, Jawa Tengah. Satu yang paling terkenal dari Sendang Sono adalah Goa Maria Sendang Sono. Yap, di sini terdapat salah satu tempat ziarah yang melegendaris buat umat Katolik. Kenapa melegendaris? Karena di sinilah untuk pertama kali ajaran Katolik bermula di Pulau Jawa. Jadi bisa di bilang Goa Maria Sendang Sono adalah Goa Maria tertua di Pulau Jawa. Goa Maria ini didirikan oleh dua Missionaris Katolik, Rama Frentaller dan Rama van Lith.
Letaknya yang jauh di tengah perbukitan, membuat kompek Ziarah Sendang Sono ini sangat cocok buat bro bro yang mau bermeditasi. Mendekatkan hati kepada Sang Pencipta, mendamaikan diri kepada semesta, dan mebuang segala kepenatan dalam diri. Hehehe
Sendang Sono juga terkenal dengan mata airnya, yang mana airnya tidak hanya menyegarkan tapi juga dipercaya bisa menyembuhkan orang sakit. Mata air Sendang Sono yang terletak di dalam wilayah komplek Goa Maria Sendang Sono ini sangat disucikan oleh para umat Katolik dan juga warga sekitar.
Di dalam komplek Goa Maria Sendang Sono terdapat area untuk melakukan ibadah Jalan Salib. Komplek Sendang Sono ini juga menyediakan fasilitas penginapan. Arsitektur yang unik, perpaduan antara Jawa, Eropa, dan Cina, membuat Komplek Ziarah Sendang Sono ini juga di gemari para fotograger untuk sekedar hunting foto di sini.
Untuk mencapai Komplek Ziarah Sendang Sono ini memang agak sulit, terlebih jika tidak menggunakan kendaraan pribadi atau carteran. Namun, apabila bro bro emang terpaksa mau ke sini dengan kendaraan umum juga bisa.
Dari Yogyakarta, bro bro pergilah ke Mirota Kampus UGM, atau terminal bus Cindong Catur, lalu naik bus jalur 8 warna oranye, lalu turun di Kenteng, lama perjalanan 1 jam atau bisa lebih, ongkos 8 ribu. Dari kenteng bisa naik ojek ke Sendang Sono dengan tarif sekitar 35 sampai 50 ribu. Atau kalau mau hemat, dari kenteng naik bus atau angkot ke arah Muntilan turun gerbang Sendang Sono, tarif 5 ribu, lalu naik ojek ke Sendang Sono tarifnya 10 ribu.
Dari Yogyakarta daerah Jombor, bro bro bisa naik bus ke terminal Muntilan tarif 5 ribu lama perjalanan kurang lebih 1 jam. Lalu dari Muntilan naik bus jurusan Wates, turun di depan gerbang Sendang Sono, lama perjalanan kurang lebih 1 jam dan ongkos 7 ribu, lalu naik ojek seperti di atas.
Kalau bro bro pada suka jalan kaki, dari gerbang besar Sendang Sono menuju Sendang Sono lebih kurang 5 km dengan kondisi jalan menanjak. Begitu juga dengan kalau bro dari Boro. Jalan kaki aja. Cuma 5 km dan sepanjang perjalanan bakal banyak pemandangan keren! Hahaha :D

Puncak Suralaya

"memandang alam dari atas bukit/ sejauh pandang ku lepaskan/ sungai tampak berliku sawah hijau terbentang bagai permadani di kaki langit/ gunung menjulang berpayung awan/ oh indah pemandangan"

Salah satu Menara Pandang di Puncak Suralaya
Ada yang inget lagu itu?
Yap. Itu lagunya pak A.T. Mahmud, judulnya Pemandangan.
Satu lagu yang cocok banget buat deskripsiin apa yang bisa kita lihat dari puncak Suralaya. :D
Puncak Suralaya (baca:Suroloyo) letaknya di titik tertinggi perbukitan Menoreh. Jaraknya sekitar 5 km dari Sendang Sono. Dan di tempat ini kita bisa liat hamparan alam nan hijau sejauh mata memandang. Dan lewat gardu pandang, kita bisa liat Candi Borobudur dari ketinggian. Dan kalo pagi, sunrise di sini juga keren. Lo bakal banget ngerasa di atas awan banget kalo pagi. Haha
Oh ya, ketika sampe puncak suralaya kita bakal ngeliat banyak benda berbentuk Semar. Ini disebabkan oleh karena nama puncak Suralaya itu. Dalam cerita pewayangan, Suralaya merupakan tempat bermukimnya para Dewa/Bathara. Dan Dewa yang asli dari Jawa yaitu Bathara Ismaya atau dalam nama lain disebut Semar. Nama Suralaya sendiri diperoleh oleh sebab kepercayaan masyarakat bahwa Puncak Suralaya merupakan titik sentris Pulau Jawa, karena letaknya.yamg berada di antara Gunung Sindoro dan Sumbing dan Gunung Merapi dan Merbabu. Nah kalau cuaca cerah bro bro bisa liat keempat gunung itu dari menara pandang Suralaya.

Nah, gimana bro? Kali ini gue bener2 jalan-jalan ke alam yang masih asli dan asri banget. Di sini gue bisa nemu ketenangan yang tidak hanya secara fisik tapi juga secara batin. Lo bisa banget nemu inspirasi yang bisa bikin lo makinan wise di sini. Kayak ajaran Zen yang gue belajarin di kelas filsafat. Hidup tenang, selaras dengan alam. Lo bakal bisa nemu siapa lo dan mau ke mana lo.
Di jalan-jalan ini gue juga nemu, bahwa orang di sekitar kita itu penting banget. Saling berlempar senyum ketika berpapasan bisa jadi obat penghilang penat dan menhindari rasa curiga antara  kita.
Yah, bentang alam perbukitan Menoreh emang masih banyak banget nyembunyiin sesuatu. Kayak ada Tempat Peziarahan makam Nyi Ageng Serang, Goa Kiskenda, dll yang belum sempet gue kunjungin dan belum banyak terjamah tangan-tangan bisnis.
Oke, sekian dari gue, saran dan kritik sangat diharapkan. Keep calm, then be a wise tourist. Hahaha :D

Thanks
Yeremia Tera
@terragila

Comments

Popular Posts